Header Ads Widget

ATAS BERKAT ROHMAT ALLOH YANG MAHA KUASA

Santunan Nasional ke-20, Sang Mursyid; "Syukur itu Hakikatnya Organisasi"

PLOSO - Santunan Nasional ke-20 warga Thoriqoh Shiddiqiyyah kali ini dipusatkan di kompleks Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah, (17 Robi’ul Awwal / 21 September). Diadakan serentak secara nasional, dilaporkan kegiatan santunan di hari pertama  telah disalurkan dana senilai Rp 2,93 miliar. Angka ini akan terus bertambah sesuai update yang dikirimkan oleh pengurus organisasi di daerah ke organisasi Dhilaal Berkat Rohmat Alloh (DHIBRA) Shiddiqiyyah pusat. DHIBRA adalah organisasi di Shiddiqiyyah yang berfokus pada kegiatan sosial kemanusiaan.

Kegiatan Santunan Nasional ke-20 merupakan tasyakuran atas kelahiran Nabi Muhammad, sekaligus mensyukuri berdirinya DHIBRA ke-24. Dalam kesempatan ini, Sang Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syekh Mohammad Muchtarullohil Mujtaba Mu’thi menyampaikan tentang hakikat ibadah syukur.

 “Syukur itu hakikatnya diorganisasi melalui tiga hal. Karena itu saya membuat semua organisasi di Shiddiqiyyah sebagai organisasi syukur,” dhawuh Sang Mursyid mengutip Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid IV.

“Monumen negara ada lima yakni Tugu Monas, Tugu Pahlawan, Masjid Istiqlal, Masjid Syuhada, TMP Kusuma Bangsa di seluruh Indonesia. Monumen ini juga sebagai bentuk syukur atas  jerih payah para pahlawan perjuangan Indonesia. tujuannya agar generasi penerus memiliki kebanggaan nasional dan rasa cinta tanah air Indonesia,” lanjut Sang Mursyid.

Rasa syukur juga penting dilakukan untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Sebab kemerdekaan bukan sebuah hadiah, tapi memerlukan perjuangan dan merupakan nikmat dari Alloh.

“Kemerdekaan bangsa Indonesia dari 434 tahun atas cengkeraman penjajah  dianggap hal mustahil secara akal pikir. Tapi Atas Berkat Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa hal itu dapat terjadi. Maka perlu disyukuri agar tidak lupa atas nikmat yang telah diterima,” pesan Sang Mursyid.

Sang Mursyid Shiddiqiyyah juga berpesan bahwa Santunan Nasional adalah menjadi bagian dari pendidikan cinta tanah air.

“Santunan Nasional ini bagian dari rasa syukur yang dipersembahkan kepada masyarakat, baik yang beda agama maupun suku. Inilah pendidikan di Shiddiqiyyah. Dengan bersyukur,  kita tidak menjadi kufur. Semua harus bergotong-royong, walaupun setetes air untuk ikutlah membangun negara. Semoga kita selamat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga selamat dan mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW,” Sang Mursyid menutup mauidhoh.

Hadir dalam acara ini sejumlah kholifah Shiddiqiyyah, Wali Talkin dan pengurus organisasi di lingkungan Shiddiqiyyah. Diatas panggung beberapa santri  THGB juga diberi kesempatan unjuk tampil menyanyikan lagu Syukur dan lagu Merdeka. (*)