Ploso- Sejak sore hari hujan mulai tercurah dari langit gelap. Sebagian sudut kompleks Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah tergenang air, (25/02). Tapi sejumlah mobil justru mulai berdesakan parkir di halaman Gedung ORSHID Pusat dan juga lapangan sebelah barat Monumen Indonesia Raya. Mereka adalah warga Shiddiqiyyah dari segala kota yang akan mengikuti pengajian Malam Nishfu Sya’ban.
Saat sambutan sebelum pengajian dimulai, perwakilan Pengurus organisasi Dhilaal Berkat Rohmat Alloh (DHIBRA) Shiddiqiyyah menginformasikan akan mengadakan tasyakuran HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 9 Ramadhan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara diisi dengan sujud syukur dan buka bersama bersama kaum dhuafa.
Sementara itu dalam mauidhoh hasanah, Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syech Muchtarulloh Al-Mujtaba mengawali ucapan duka untuk korban angin topan di Ciwide, Jawa Barat.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un mari kita ucapkan untuk para korban angin beliung di Jawa Barat,” ajak Sang Mursyid.
Mengutip sebuah hadits, Sang Mursyid juga berpesan untuk banyak ingat akan kematian.
“Hidup di dunia ini seperti mimpi. Jika sudah mati akan terbuka. Semua akan ditinggal. Jangan tergoda. Tapi ini sulit,” dhawuh Sang Mursyid.
“Musuh manusia ada tiga yaitu hawa, setan, dan tipu daya dunia. Maka kalau punya harta harus ditasarufkan untuk ibadah. Jangan pelit. Supaya ridlo Alloh bisa kita terima,” tambah Sang Mursyid.
Dalam mauidhoh Sang Mursyid juga berharap hasil Pemilu membawa Indonesia lebih baik, lebih memperhatikan rakyat. Termasuk diingatkan kembali terkait keberadaan organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air (PCTA) Indonesia.
“PCTA adalah jembatan antar agama, suku dan bangsa untuk mencintai tanah air. Ini non politik. Tidak mementingkan dirinya sendiri,” jelas Sang Mursyid.
Meski gerimis terus mengguyur, jamaah malam itu tetap khidmat mengikuti acara hingga doa penutup. Seperti biasa malam itu juga diadakan shodaqoh spontanitas untuk mendukung berbagai kegiatan pesantren secara nasional. (*)