Header Ads Widget

ATAS BERKAT ROHMAT ALLOH YANG MAHA KUASA

Sang Mursyid: “Orang Bijaksana adalah Orang yang Menghargai Perbedaan”



PLOSO - Malam pengajian Tasyakuran Malam Lailatul Qodar di Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah, (27 Sy Ramadhan / 6 April)  berjalan dalam penuh khidmat. Ribuan jamaah dari depan masjid Baitush Shiddiqin hingga lapangan Monumen Garuda Pancasila tertib menyimak dhawuh Sang Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syech Muchtarulloh Al Mujtaba.

“Kata hikmah itu sumbernya dari Al-Quran dan hadits. Sangat luas maknanya. Sementara dalam bahasa Indonesia diartikan bijaksana,” dhawuh Sang Mursyid dalam mauidlotul hasanah.

Mursyid berpesan bahwa  perbedaan adalah fitroh manusia. Baik dalam dirinya, keluarga, masyarakat, suku dan nasional hingga internasional. Karena itu perlu ada kebijaksanaan dari tiap manusia.

“Menurut saya, orang bijaksana adalah orang yang menghormati perbedaan. Titik,” tegas Sang Mursyid.

“Di tubuh manusia ada perbedaan yang tak terhingga. Tapi semua perbedaan itu ada fungsinya.  Dalam musyawarah pasti ada perbedaan, maka harus saling menghormati. Karena manusia memiliki dasar akal pikir yang berbeda-beda. Jika tidak menghormati perbedaan, berarti tidak menghormati dirinya sendiri. Ia asing terhadap dirinya sendiri. Sebab perbedaan itu fitroh,” lanjut Sang Mursyid berpesan.

Mursyid menegaskan Shiddiqiyyah tidak memakai kata  “bertentangan”, tapi menggunakan kata “perbedaan”. Sehingga lahirlah toleransi, saling menghormati. Kalau kata “pertentangan” menimbulkan kesan perlawanan, sedangkan kata “perbedaan” menimbulkan kekayaan pikir. 

“Didalam beragama juga ada banyak perbedaan. Banyak ilmunya. Demikian juga dengan Lailatul Qodar, banyak perbedaan pendapat,” pesan penting Sang Mursyid.

Mursyid mengingatkan  jangan memaksakan kepercayaan. Shiddiqiyyah berbeda dengan thoriqoh lain. Tapi bukan berarti bertentangan. Mengambil hikmah itu tuntutan bagi orang mukmin. (Dpw)