PLOSO - “Ditinjau dari segi makna, Lailatul Qodr itu adalah tentang nilai, kualitas amal, fungsi umur atau waktu. Satu malam lebih baik dari 1000 bulan,” dhawuh Sang Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syech Muchtarulloh Al Mujtaba, (27 Sy Ramadhan / 6 April).
Dhawuh Sang Mursyid disampaikan saat pengajian Tasyakuran Malam Lailatul Qodar di Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah, yang penuh makna.
“Nama surat, nomor surat, susunan kalimat dalam AlQur’an semuanya bukan ciptaan Muhammad, tapi diturunkan oleh Alloh Ta’ala,” jelas Sang Mursyid.
“Diturunkan al Quran itu tiap huruf punya makna dhohir dan batin yang sangat luas. Seperti lautan tak bertepi,” dhawuh Sang Mursyid lagi.
“Lailatul Qodr hanya turun di bulan Romadhon. Dan Ramadhan adalah bulan 9. Kalimat Lailatul Qodr terdiri 9 huruf. Ayat yang bunyinya lailatul Qodr jumlahnya juga ada 3. Rahasia “9” ini ada dalam QS Taubat dan Zumar,” rinci Sang Mursyid.
Keberadaan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia juga memiliki kaitan dengan rahasia angka sembilan. Nusantara tidak dapat dikerdilkan oleh penjajahan selama 350 tahun. Lalu siapa yang menyebarkan agama Islam di negeri ini?
“Tersebarnya agama Islam di dunia lewat cucu Nabi Muhammad yang ke-9, Sayid Imam Al Muhajir. Dari beliau kemudian berlanjut kepada Wali Songo,” Sang Mursyid mengisahkan.
“Di Indonesia ada organisasi terbesar dunia yaitu Muhammadiyyah (1912), oleh Kiai Ahmad Dahlan yang juga dzuriyah Wali Songo dari Maulana Malik Ibrohim, Gresik. Lalu Nahdlatul Ulama (1926) didirikan oleh Kiai Hasyim As’ari yang dzuriyahnya Sunan Giri, juga Wali Songo,” jelas Sang Mursyid.
“Antara NU dan Muhammadiyyah ada perbedaan pendapat tapi bukan pertentangan. Maka warga Thoriqoh Shiddiqiyyah luas pandangan. Harus menghormati perbedaan,” tegas Sang Mursyid berpesan.
“Shiddiqiyyah adalah gerakan syukur, bukan gerakan politik. Toleransi, menghargai perbedaan. Saya membentuk PCTA unt mengajak semua agama mencintai NKRI, rukun,” Sang Mursyid menggarisbawahi. (dpw)