PLOSO - Penuh pesan mendalam saat pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Kiai Ahmad Syuhada' di Pesantren Majma'al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, (30/08). Dalam mauidloh hasanah, Sang Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syekh Moch Muchtarullohil Mujtaba Mu'thi mengajak untuk banyak bershodaqoh di bulan Maulid.
Bulan Maulid yang bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan, Sang Mursyid kembali menyerukan pentingnya Jasmerah - jangan melupakan sejarah. Peringatan kemerdekaan yang dilakukan selama bulan Agustus tidak boleh keliru niat.
"Penulisan Kemerdekaan Republik Indonesia adalah kalimat yang tidak patut bagi orang berbudi luhur. Sebab Republik Indonesia adalah bentuk pemerintahan dan tidak pernah dijajah oleh negara lain," papar Sang Mursyid.
"Jika menyebut Kemerdekaan RI maka yang merdeka bukan bangsa Indonesia. Lalu apakah sampai sekarang bangsa Indonesia masih terjajah? Dan siapa yang menjajah? Ini jelas menjatuhkan martabat bangsa dimata dunia. Kita dianggap sebagai inlander," lanjut Sang Mursyid.
Tidak kalah penting, Sang Mursyid juga mewanti untuk mengerti akan kelahiran negara, termasuk pula kelahiran Bung Karno.
"Tempat kelahiran Bung Karno jelas datanya adalah di Ploso, Jombang. Saya hanya meluruskan sejarah. Saya tidak mau mengkufuri nikmat besar Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Lahirnya NKRI. Jika ini dikufuri, maka pengorbanan para pahlawan akan menjadi bola api (bala)," tegas Sang Mursyid.
Dalam kesempatan ini, Sang Mursyid juga menyitir kondisi sosial di Indonesia terbaru.
"Indonesia menangis. Korupsi menghancurkan negara. Ini akibat salah letak keliru pasang. Jangan sombong, harus rendah hati," dhawuh Sang Mursyid sembari mengutip peristiwa 7/7.
Ditegaskan bahwa ajaran Shiddiqiyyah tidak untuk merugikan masyarakat. Shiddiqiyyah mendidik semangat bersyukur, membangun toleransi dan Cinta Tanah Air. Shodaqoh warga Shiddiqiyyah dipersembahkan kepada bangsa Indonesia dengan ikhlas
"Warga Shiddiqiyyah bukan orang kaya. Tapi memiliki kesadaran untuk shodaqoh, bukan untuk pencitraan. Buah kebaikan ini akan ketemu di akhirat nanti. Pendidikan Shiddiqiyyah adalah rendah hati, toleransi dan harmonis," Sang Mursyid menjabarkan.
Diakhir dhawuhnya, Sang Mursyid berpesan, "Sampaikan kebenaran walaupun pahit. Mari bicara fakta. Hati-hatilah atas doa orang teraniaya. " (Dpw)